Tanaman herbal merupakan salah satu aspek kearifan lokal masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Dusun Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat secara spontan telah menanam berbagai tanaman herbal, yang sebenarnya hanya diniatkan untuk keperluan sehari-hari seperti sebagai bumbu masak. Masalahnya, hasil panenan tanaman seperti jahe dan kunyit ini jauh lebih banyak dari kebutuhan masing-masing warga sehari-hari, sehingga sisanya dijual ke pasar, atau pada volume yang lebih besar dapat disetorkan ke tengkulak. Pada prakteknya, hasil penjualan ini kurang dapat memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi warga, karena harga yang lebih ditentukan oleh mekanisme pasar ketimbang keinginan petani sendiri.
Dusun Menggoran, Bleberan, Playen, Gunung Kidul telah menjadi desa binaan dari Fakultas Kehutanan UGM di bawah bimbingan Dr. Dra. Winastuti Dwi Atmanto, MP. Namun, Bu Winas, sapaan akrabnya, ingin memberikan pembinaan lebih pada pengembangan ekonomi warga setempat. Oleh karena itu, ketika Program Studi Doktor Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi UGM akan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, komunikasi dan sinergi dilakukan bersama Bu Winas dan terlahirlah gagasan untuk mulai membina masyarakat setempat dalam meningkatkan nilai ekonomi tanaman obat, khususnya dalam bentuk minuman siap saji, seperti jahe instan dan kunir instan. Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si., sekretaris Prodi Doktor Ilmu Farmasi sekaligus koordinator program mengungkapkan, teknologi yang ada di kampus harus dapat turut dirasakan oleh masyarakat, oleh karena itu bentuk kegiatan pengabdian yang melibatkan teknologi tepat guna sangat efektif, khususnya untuk saat sulit seperti di masa pandemi ini. Dengan teknologi sederhana, masyarakat dapat mengubah tanaman herbal yang biasanya dijual apa adanya, menjadi bentuk produk akhir yang dikemas baik, yang nantinya dengan pembinaan dari kampus, dapat dijual dengan harga yang jauh lebih baik pada rentang waktu yang lebih panjang.
Mengisi pada kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu dan Ahad, 24-25 Oktober 2020 tersebut, Prof. Dr. apt. Abdul Rohman, M.S., guru besar bidang Kimia Analisis sekaligus ketua Prodi Doktor Ilmu Farmasi, yang memberikan materi tentang kualitas produk siap saji, serta Dr. Djoko Santosa, M.Si., dosen bidang Biologi Farmasi yang memberikan materi tentang serba-serbi tanaman obat dan praktek pengolahannya menjadi minuman siap saji yang berkualitas baik. Seluruh aktivitas dalam kegiatan ini direkam dalam bentuk film dokumenter yang nantinya dapat disiarkan dan dimanfaatkan ilmunya secara jauh lebih luas bagi masyarakat Indonesia yang ingin mengembangkan teknologi tepat guna yang serupa. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini dilibatkan pula Unit Kanal Pengetahuan Fakultas (KPF) Farmasi UGM untuk memproduksi film dokumenter tersebut.
Ibu Siti, selaku koordinator kegiatan lapangan perwakilan dari warga masyarakat setempat tidak dapat menyembunyikan rasa harunya atas kehadiran UGM pada kegiatan ini. Bapak Purwanto, selaku Dukuh Menggoran I, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas ilmu dan pembinaan yang diberikan. Pada kesempatan ini, selain penyuluhan dan pelatihan, dihibahkan pula berbagai kelengkapan produksi, mulai dari yang dibutuhkan saat proses produksi, maupun sampai pada tahap pengemasan seperti platik kualitas tinggi dan dua unit packaging sealer. Selain itu, komitmen pembinaan telah disepakati, bahwa ke depan Farmasi UGM akan terus mengawal pengembangan produk ini, sampai pada pembinaan untuk mendapatkan sertifikasi seperti P-IRT dan halal. Komitmen dan penyerahan berbagai bantuan ini dilakukan langsung oleh Prof. Dr. apt. Abdul Rohman, M.S., dan Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si. Semua pihak telah menyampaikan harapannya agar program ini tidak terhenti dan silaturahmi terus terjaga, hingga Farmasi UGM dapat kembali melahirkan sistem pemberdayaan masyarakat mandiri. (Adhyat/Humas FA)